Soegijapranata lahir Soegijapranata lahir di Surakarta pada 25 November 1896 dia lahir dari keluarga Abdi dalam keraton Kasunanan Surakarta. Ia adalah seorang uskup Agung pertama di Indonesia khususnya di Semarang yang memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia, yaitu melakukan diplomasi dengan Vatikan. Ia berprinsip bahwa seorang Katolik sejati juga harus menjadi warga negara yang baik. Prinsip itu kemudian dikenal dengan semboyannya: 100% Katolik, 100% Indonesia. Sebagai seorang Uskup Agung dirinya tidak menggunakan senjata untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebab beliau lebih memilih untuk melakukan diplomasi. Pada diplomasi tersebut Soegijapranata menguraikan kekejaman tentara Belanda di Indonesia kepada Paus di Vatikan. Diplomasi tersebut dikatakan memberikan hasil yang baik sebab Vatikan memberikan pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia pada tahun 1947.
Nilai nilai-nilai utama yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegijapranata adalah semangat religiusitas dan nasionalisme yang menyatu, keberanian dalam membela keadilan, perjuangan tanpa kenal lelah demi rakyat dan bangsa, serta semangat persatuan dan solidaritas. Ia juga menunjukkan totalitas dalam pelayanan sesama, menjalin komunikasi dengan dunia internasional untuk mengakui kemerdekaan Indonesia, dan menjadi teladan dalam menghubungkan antara iman dan kehidupan berbangsa.
Romo Albertus Soegijapranata SJ tidak secara spesifik dikenal sebagai tokoh yang mengacu pada ayat Alkitab tertentu. Tetapi, semboyan dan semangatnya “100% Katolik, 100% Indonesia” berakar pada ajaran Alkitab tentang keseimbangan hubungan warga negara dan warga Kerajaan Allah, seperti yang diajarkan Yesus dalam Matius 22:21 yang berisi, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Inti dari ayat ini adalah membedakan antara kewajiban kita kepada negara (membayar pajak, menaati hukum) dan kewajiban kita kepada Tuhan (memberi hidup, kasih, dan ibadah), dan bahwa keduanya harus dipenuhi. Ayat ini menekankan pentingnya kewajiban seorang warga negara kepada pemerintah, sekaligus kewajiban hidup kepada Tuhan.
Dalam kutipannya yang terkenal, Soegijapranata pernah berkata, “Membaptis orang itu bukan urusanmu! Itu urusan Roh Kudus! Urusanmu ialah ikut membangun Indonesia yang baik di hadapan Tuhan dan manusia.” Pernyataan ini mencerminkan bagaimana ia melihat peran agama sebagai kekuatan moral untuk membangun bangsa yang lebih baik.
Semboyan “100% Katolik, 100% Indonesia” mewujudkan semangat komitmen pada sesama, sebagaimana Yesus mengajak umatnya untuk peduli pada yang lemah, miskin, dan tersingkir. Soegijapranata meyakini bahwa menjadi seorang Katolik tidak hanya berarti mendalami iman di dalam gereja, tetapi juga melibatkan diri dalam perjuangan sosial di masyarakat luas, terutama untuk mendukung kaum miskin dan tertindas. Peran agama bukan hanya sebagai urusan pribadi di dalam gereja, tetapi sebagai sumber kekuatan moral untuk membangun bangsa yang lebih baik dan berpihak pada kaum miskin dan tertindas.
Nilai-nilai Vinsensian kesederhanaan, kerendahan hati, kelembutan hati, matiraga dan semangat menyelamatkan jiwa-jiwa diwujudkan oleh Albertus Soegijapranata dalam seluruh aspek kehidupan dan pelayanannya. Ia dikenal karena keberaniannya memperjuangkan keadilan khususnya di tengah situasi sulit pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan Indonesia, cinta kasih yang tulus menjadi landasan utama dalam sikap dan tindakannya kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang agama, serta semangat pelayanannya yang tulus tanpa pamrih dan aktif kepada sesama yang membutuhkan terutama kaum yang miskin dan tertindas. Melalui ajaran dan tindakannya Ia percaya bahwa umat Katolik tidak boleh tertutup pada dirinya sendiri dan harus menyebarkan cinta kasih kepada sesama tanpa batasan agama. Soegijapranata juga menanamkan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme kepada umat Katolik untuk menjadi warga negara yang cinta tanah air dan berkontribusi aktif dalam pembangunan negara.