Esai “Sherly Laos” – Kelompok 3

Esai “Sherly Laos” – Kelompok 3

Kepemimpinan perempuan di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Salah satu sosok yang mencuri perhatian adalah Sherly Tjoanda, atau lebih dikenal dengan nama Sherly Laos. Lahir di Ambon pada 12 Agustus 1982, ia menorehkan sejarah baru sebagai perempuan pertama yang dilantik menjadi Gubernur Maluku Utara pada 20 Februari 2025. Kehadirannya mencerminkan kemajuan dalam keberagaman dan inklusi kepemimpinan, karena ia merupakan minoritas ganda: seorang perempuan, beragama Katolik, dan keturunan Tionghoa. Esai ini akan membahas perjalanan hidup, perjuangan politik, serta kontribusi sosial Sherly Laos yang menjadikannya inspirasi bagi banyak orang

Sherly Laos menempuh pendidikan sejak SMA di Petra Manyar Surabaya, lalu melanjutkan studi S-1 International Business Management di Universitas Kristen Petra. Ia kemudian menempuh program double degree di Inholland University, Belanda, serta magang di jaringan supermarket Ahold di Amsterdam. Pendidikan internasional ini membekali Sherly dengan wawasan luas dan pola pikir terbuka, yang kemudian membentuk gaya kepemimpinannya.

Sebelum terjun ke dunia politik, Sherly sudah aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia memimpin Yayasan Bela Peduli yang bergerak di bidang kemanusiaan, seni, olahraga, dan keagamaan. Melalui yayasan tersebut, Sherly memberikan bantuan kepada anak yatim, korban bencana, serta mendukung pembangunan rumah ibadah. Peran sosial ini menjadi dasar kuat bagi kiprahnya ketika kelak terjun ke ranah politik.

Keterlibatan Sherly di dunia politik semakin dikenal setelah tragedi yang menimpa suaminya, Benny Laos, pada 2024. Delapan partai pengusung kemudian memberikan kepercayaan kepadanya untuk maju menggantikan suaminya dalam Pilgub Maluku Utara. Dengan tekad dan semangat melanjutkan perjuangan sang suami, Sherly berhasil memenangkan pemilihan dengan perolehan suara mayoritas. Hal ini menandai tonggak penting dalam perjalanan politiknya sekaligus membuka jalan baru bagi kepemimpinan perempuan di Maluku Utara.

Keberhasilan Sherly dalam meraih posisi gubernur bukan hanya simbol keberlanjutan visi sang suami, tetapi juga bukti kapasitas dan ketangguhannya sendiri sebagai pemimpin. Ia membawa visi pembangunan berkelanjutan, keadilan sosial, serta pemerintahan yang transparan. Lebih dari itu, Sherly mampu mematahkan stigma budaya patriarki yang kuat di Maluku Utara dengan tampil sebagai sosok perempuan yang berani, rendah hati, dan berintegritas. Namun, dibalik pencapaian tersebut, perjalanan Sherly tidak terlepas dari ujian berat, terutama saat ia harus kehilangan sosok terdekat yang paling dicintainya.

Kehilangan orang yang dicintai bukanlah hal yang mudah, tetapi Sherly membuktikan bahwa dirinya mampu bangkit dan tetap berkontribusi. Walaupun mengalami trauma yang mendalam karena kecelakan speedboat pada 12 Oktober 2024, yang membuat dirinya terluka dan suaminya meninggal, Sherly Laos menunjukkan ketangguhan dalam menggantikan suaminya untuk maju dan terpilih dalam Pilkada. Keputusan untuk aju sebagai pemimpin untuk menggantikan suaminya bukanlah pilihan yang mudah. Kekuatan mentalnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus melangkah meskipun menghadapi cobaan berat, dan keteguhan hati dan keberaniannya menjadi inspirasi.

Setelah kepergian suaminya, beliau tetap memprioritaskan visi misi suaminya, menunjukkan komitmen dan kesetiaannya dalam pelayanan bagi masyarakat. Keberaniannya untuk melanjutkan perjuangan yang telah dirintis bersama suami membuktikkan bahwa ia memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap masyarakat dan daerah yang dipimpinnya, serta empati dan kepeduliannya terhadap masyarakat.

Rasa empati Sherly terlihat dari berbagai program yang ia jalankan, seperti kesehatan gratis, pendidikan gratis, dan pemberdayaan petani. Sebelum terjun ke dunia politik, ia juga aktif memimpin Yayasan Bela Peduli yang membantu korban bencana, mendukung kegiatan seni, olahraga, dan keagamaan. Melalui Yayasan Bela Peduli, beliau berhasil membantu anak yatim, korban bencana, pembangunan rumah ibadah, seni, dan olahraga. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dengan tujuan mensejahterakan petani dan memberdayakan masyarakat. Sebagai kaum minoritas (jenis kelamin perempuan, agama Katolik, dan etnis Tionghoa), beliau tetap menunjukkan sikap terbuka dan rendah hati terhadap keberagaman.

Kepedulian Sherly Laos tidak hanya tercermin pada pelayanannya terhadap masyarakat saja, tetapi juga bagaimana dirinya memimpin secara kolaboratif. Dengan tanggung jawab yang sangat besar sebagai istri, ibu, pengusaha, aktivis sosial, dan gubernur, Sherly membuktikan kerendahan hatinya dan kasihnya dalam pelayanan kepada rakyat. Sherly tidak berjalan sendiri dalam memimpin, melainkan merangkul berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat. Ia juga mampu bekerja sama dengan partai-partai politik untuk membangun koalisi yang kuat demi mewujudkan program pro-rakyat yang berintegritas dan bersih.

Sherly menolak praktik titip jabatan dan menegakkan sistem meritokrasi dalam pemerintahan. Sikap ini mencerminkan integritasnya sebagai pemimpin yang ingin membantu birokrasi yang bersih, transparan, dan profesional demi kepentingan masyarakat. Pendidikannya yang ditempuh hingga ke luar negeri melalui program double degree menunjukkan bahwa Sherly adalah pribadi yang tekun dan memiliki semangat belajar tinggi. Pengalaman akademisnya membentuk wawasan luas yang berguna dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top